Dramaturgi Sandiwara: Dede Pramayoza

Buku pertama saya akhirnya terbit juga. Buku yang merupakan bentuk penulisan ulang atas tesis ini diterbitkan oleh Penerbit Ombak, Yogyakarta. Tesis yang mengawali buku ini, semula saya susun karena rasa penasaran atas pertanyaan eksistensial, mengapa Jurusan Teater di ISI Padangpanjang, tempat saya mengajar, harus ada? Siapakah yang memerlukan jurusan ini, dan apakah ia punya dukungan yang cukup untuk mengada? Pertanyaan itu semakin kuat, manakala saya memandang panorama praktik teater di Sumatra Barat: di manakah posisi seni teater sesungguhnya dalam perikehidupan masyarakat provinsi ini? Apakah ada manfaatnya jika seni yang satu ini dikembangkan?.

Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan reflektif itu, saya lalu bermaksud menelusuri perihal sumber-sumber kesadaran dramatik dalam masyarakat Minangkabau, etnik yang mayoritas hidup di Sumatera Barat masakini. Jawaban yang paling mudah saya temukan adalah: randai! Tapi jawaban itu tidak memuaskan saya, sebab randai bahkan tidak menjadi kajian dan praktik pokok teater di ISI Padangpanjang. Lalu apa? Diskursus semacam itulah yang kemudian mendorong saya untuk menulis tentang sandiwara: sebentuk Teater Populer/Teater Rakyat yang pernah hidup dalam masyarakat Minangkabau. Tapi sumber-sumber tentang praktik sandiwara ini ternyata tidak memadai, demikian juga tentang sejarah praktik teater di Sumatera Barat secara umum.

Demikianlah, buku ini kemudian juga saya maksudkan untuk menyusun semacam diakronik perkembangan seni dramatik di Sumatera Barat. Perkembangan itu menunjukkan kaitan erat sandiwara dengan perkenalan masyarakat Minangkabau dengan industri hiburan di masa kolonial, yang tetap terbawa hingga masa-masa pasca-kolonial. Bukan hanya itu, sandiwara sekaligus adalah semacam strategi poskolonial, yang berupa memberi 'perlawanan budaya' sekaligus melampaui hegemoni budaya kolonial. Selanjutnya, menyadari bahwa pembahasan perihal teater rakyat atau teater populer yang ada di Indonesia umumnya masih berkisar pada pembahasan tentang klasifikasi genre dan bentuk saja, saya juga bermaksud menguraikan aspek-aspek dramaturgis dari sandiwara, yaitu bagaimana sejatinya sandiwara pernah diproduksi dan akhirnya direproduksi dalam masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat sebagai pendukungnya. Penjabaran atas hal itu saya harapkan dapat bermuara pada temuan teoretis berupa pola-pola produksi serta akhirnya “cita rasa” estetika khas sandiwara di Sumatera Barat.

Kurang lebih dalam semangat semacam itulah kemudian buku ini disusun. Pembacaan diakronis atas pertumbuhan teater dan seni dramatik di Sumatra Barat, atau masyarakat Minangkabau khususnya, membawa saya pada kesimpulan betapa sandiwara atau lebih dikenal sebagai sandiwara kampuang pernah menjadi salah satu entitas yang telah memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan dan perkembangan seni teater di Sumatera Barat. Buku ini saya harapkan dapat membantu untuk memahami betapa tradisi sandiwara sebagai suatu pola penciptaan dramatik khas etnik—atau yang dapat pula kita namakan dengan istilah Victor Turner sebagai 'etnodramaturgi,' —memiliki banyak sisi yang menarik untuk diamati dan dipelajari secara saksama karena secara tidak langsung merefleksikan dialektika budaya dalam masyarakat Minangkabau dalam perhadapan mereka dengan modernitas dan perubahan konstelasi kehidupan berbangsa. Harapannya, uraian itu kemudian akan memberi manfaat banyak bagi para peneliti, seniman, budayawan, mahasiswa, dan masyarakat umum pemerhati seni di Sumatra Barat khususnya, dan di Nusantara umumnya.


Judul: Dramaturgi Sandiwara; Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial
Penulis: Dede Pramayoza 
Penyunting: Dewi Surani
Penerbit: Ombak Yogyakarta
ISBN: 9786022581024 
Ukuran: 15 x 23 cm 
Tebal: xxvii, 282 halaman
Kertas: Bookpaper
Cover: Soft Cover